Managemen Masjid

14 Oktober 2017 08:53:31 WIB

Nglegi (Sida Samekta). Kembalikan fungsi masjis sebagaimana ajaran nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wassalaam. Masjid sebagai pusat kegiatan syiar Islam, koordinasi umat, tempat pendidikan dan tempat Ibadah.

Saat ini fungsi masjid masih jauh dari harapan. Bahkan tidak sedikit kondisi masjid yang sepi, jauh dari umat serta terbengkalai.

Sebenarnya yang sangat menarik, jika kita mampu mewujudkan fungsi masjid, yaitu sebagai media ekonomi umat, tepatnya ekonomi jama’ah. Masjid mampu menjadi bagian dari solusi ekonomi jama’ah. Bagaimana prakteknya? Setiap jama’ah memiliki kepedulian sesama jama’ah lain dengan berbagi, yang lebih mampu membantu yang kurang mampu. Mereka mengadakan simpan pinjam tanpa bunga, bagi yang pinjam diangsur setiap sholat jama’ah ke masjid. Bagi yanmg menyimapan tidak mengharap keuntungan, tetapi lebih berniat untuk berbagi.

Jika setiap jama’ah memiliki cara berpikir yang sama, berbagi dan peduli, sebenarnya tidak akan terjadi ketimpangan ekonomi, karena setiap yang mampu memiliki kewajiban berbagi kepada yang kurang mampu.

Sekilas belajar dari Masjid Jogokaryan Yogyakarta :

KIBLAT.NET – Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid. Di samping menjadi tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah, kepentingan sosial dan lain sebagainya.

Meskipun demikian ini tidak berarti bahwa setiap masjid di tanah air sudah dikelola dan dimanfaatkan dengan maksimal. Masih ada beberapa masjid yang pengelolaannya masih memprihatinkan dan bahkan sepi ditinggalkan jamaahnya. Kisah berbeda mampu ditorehkan oleh Masjid Jogokariyan.

Masjid Jogokariyan dulunya adalah sebuah langgar kecil di kampung pinggiran selatan kota Jogjakarta. Mungkin sudah banyak pembaca yang mengetahui mengenai kisah masjid yang diberi nama sesuai tempat berdirinya ini, namun yang perlu di pelajari adalah bagaimana langgar kecil di kampung itu sekarang bisa menjelma menjadi masjid percontohan nasional.

Bertempat di Majid Nurul Iman Kalitan, Solo pada Kamis, 16 Juni lalu Yayasan Aitam Indonesia mengadakan sarasehan manajemen masjid ala Rasul. Kegiatan yang diikuti oleh takmir masjid se-soloraya ini diharapkan mampu menjadi penawar dari berbagai masalah yang sering kali di alami oleh takmir masjid.

Ustadz Suharyanto, S. E., perwakilan dari masjid Jogokariyan menjadi pembicara hari itu menuturkan bahwa dalam memulai memanajemen masjid itu melalui tiga tahapan, yakni how to image, how to manage, dan how to make success.

Sarasehan Manajemen Masjid digelar Yayasan Aitam Indonesia.

How to image
Banyak masjid megah berdiri, akan tetapi disaat waktu sholat tiba, jamaah yang hadir untuk sholat jamaah di masjid berbanding terbalik dengan luas bangunannya. Mungkin kejadian tersebut tidak hanya terjadi di satu dua masjid saja, kejadian serupa bisa saja sudah dianggap lumrah oleh sebagian kalangan. Apabila demikian maka semakin lama masjid akan ditinggalkan jamaahnya.

Masjid adalah tempat ibadah umat muslim, akan tetapi menjadikan masjid menjadi Islamic Centre atau pusat kegiatan keislaman dan kemasyarakatan sebagaimana jaman Rasulullah Saw dulu mungkin bisa menjadi solusi. Fungsi masjid di jaman Rasul itu diantaranya: sebagai pusat pendidikan, pusat peribadatan, pusat informasi masyarakat, menerima tamu-tamu Negara, ruang tunggu resmi tamu-tamu Rasulullah, pusat pengumpulan dan distribusi zakat, infaq, dan shodaqoh, tempat mengatur kegiatan masyarakat Islam, dan lainnya. Menjadi pusat berbagai kegiatan umat akan membuat banyak masyarakat kembali ke masjid, tergantung bagaimana kita bisa mencitrakan masjid yang kita bina.

How to manage
Dalam memanajemen masjidnya Jogokariyan menerapkan beberapa langkah berikut: menentukan wilayah dakwah masjid, melakukan pendataan jamaah masjid, merencanakan kegiatan masjid, mensosialisasikan kegiatan masjid, serta membuat laporan kegiatan masjid. Dalam penerapannya, manajemen masjid juga harus memegang prinsip-prinsip utama seperti: melayani, memahamkan, mensosialisasikan, dan mempertanggungjawabkan.

Kegiatan-kegiatan pelayanan yang dilaksanakan juga harus jeli dalam membidik potensi dalam masyarakat, agar dapat kembali mendekatkan warga ke masjid dan familier dengan masjid. Bentuk-bentuk pelayanan itu dapat berupa: pelayanan kesehatan, pendidikan, kesenian, sosial, dll. Selain mampu memanajemen kegiatan untuk jamaah, masjid juga harus mampu memanajemen laporan kegiatan masjid.

“Laporan masjid, khususnya keuangan haruslah transparan dan jelas. Infak kegiatan dipakai untuk biaya kegiatan, tidak dipakai untuk lain-lain,” jawab ustadz Suharyanto saat menjawab pertanyaan peserta terkait manajemen laporan keuangan.

How to make succes
Tak hanya melakukan pelayanan, masjid Jogokariyan juga memberikan pembinaan kepada remaja masjid, dan juga TPA. Khususnya remaja masjid sering diberikan training dan pembinaan, karena mereka adalah kader-kader yang disiapkan untuk memimpin di masa yang akan datang. Pembinaan juga tak hanya kepada remaja masjid atau TPA saja, akan tetapi juga kepada masyarakat umum dengan tingkatan berbeda-beda, mulai dari sederhana, mudah, dan ringan.

Selain pembinaan, rahasia sukses Jogokariyan juga terletak pada sistem pendanaannya. Sejak tahun 2000 masjid ini melakukan gebrakan dengan melaunching gerakan infak mandiri. Langkahnya dengan menghitung pengeluaran selama setahun kemudian dibagi per bulan dan per pekan. Kemudian bagi pengeluaran per pekan dengan kapasitas masjid, dari sana diperoleh angka infak mandiri. Angka tersebut kemudian dijadikan patokan angka infak per pekan, yang berarti orang yang berinfak dengan angka tersebut merupakan jamaah mandiri. Jika lebih, maka telah membantu yang lain. dan jika kurang berarti, ibadahnya masih di subsidi oleh orang lain. Gerakan infak mandiri ini terbukti mampu menaikkan perolehan infak masjid Jogokariyan yang pada akhirnya juga di fungsikan untuk kegiatan umat.

Praktiknya di lapangan memang mengalami banyak kendala dalam memanajemen masjid, baik segi teknis maupun non teknis. Karena masing-masing daerah memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing, ada baiknya berbagai tips tersebut selain di ATP (Amati Tiru Persis) tetapi juga di ATM (Amati Tiru Modifikasi) sesuai dengan karakteristik daerah dan jamaah masing-masing.

Semoga dengan terselenggaranya kegiatan ini para takmir/pengurus Masjid dapat mengelola Masjid dengan baik, terawat kebersihan, kesehatan dan keindahannya. Terorganisir dengan manajemen yang baik serta mampu menjadi tempat kegiatan keislaman dan kemasyarakatan. Sebagaimana kata pepatah “Dari Masjid Kejayaan Bermula”. (Yoyo)

 

Artikel kiriman: Setyorini
Editor: Fajar Shadiq

 

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

Data Kebudayaan Desa Nglegi

1. Rosulan, Nyadran, dan Ritus Pangan
     
NO

          

NAMA KEGIATAN

 

 WAKTU PELAKSANAAN

 KET

1 Rasul Desa Nglegi Senin, 19 Agustus 2019 -

Radio Persatuan Nglegi (PERSEGI)

Aparatur Pemerintah Desa Nglegi

            PERANGKAT DESA NGLEGI
     
NO

          

NAMA

 

 JABATAN

1 WASDIYANTA Lurah
2 KUNCORO KRESNO, S.Kom Carik
3 SURADI Jogoboyo
4 SUROYO, S.Sos.I Kamituwa
5 SUDIYONO Ulu - Ulu
6 ANA RACHMATUN Danarto
7 TRI MULYANI, A.Md Pangripto
8 RADIYO Tata Laksana
9 KARNOTO Staf
10 CIPTO YUWONO, S.IP Staf
11 SUPARTONO Staf
12 NUR SHOLIKIN Staf
13 AYUS GUNTORO Dukuh Klepu
14 TRI SUHARTANTA Dukuh Trukan
15 SUGIMAN Dukuh Nglegi
16 TRI KARYADI Dukuh Nglampar
17 TUKARJO Dukuh Kembang
18 WARTONO Dukuh Gedoro
19 SUHARJONO Dukuh Padangan
20 MURYANTO Dukuh Glagah
21 DEWI LESTARI Dukuh Karang